Bolabareng Pertandingan antara Inter Milan dan Barcelona bukan sekadar laga biasa. Ini adalah duel epic—sebuah kata yang mungkin terlalu sederhana untuk menggambarkan 120 menit plus injury time yang penuh kejutan, kelelahan, dan momen-momen magis.

Para pemain dari kedua tim tampak kehabisan tenaga, tetapi justru di titik itu, karakter dan mentalitas mereka diuji. Barcelona sempat bangkit dari ketertinggalan dua gol, memimpin 3-2 di menit-menit akhir, seolah menegaskan klaim mereka sebagai tim yang “tak pernah mati.”

Namun, sepak bola seringkali lebih dramatis daripada skenario terbaik—dan Inter Milan membuktikannya. Dengan sisa-sisa energi, mereka menyamakan kedudukan lewat Acerbi, bek kiri berusia 37 tahun yang mencetak gol dengan kaki kanannya.

Malam itu, San Siro menjadi panggung bagi para pahlawan tak terduga: Dari kiper senior Yann Sommer yang tampil gemilang, Marcus Thuram yang meneror pertahanan Barcelona, hingga Frattesi yang mencetak gol kemenangan sebelum kolaps kelelahan. Dan di balik semua itu, ada Simone Inzaghi, sang pelatih rendah hati yang sekali lagi membuktikan kehebatannya.

Laga yang Menguras Fisik dan Mental

Kedua tim datang dengan strategi rotasi pemain. Hansi Flick mengistirahatkan sembilan pemain inti, sementara Simone Inzaghi merotasi sepuluh pemainnya. Namun, di menit-menit akhir, kelelahan fisik mulai terlihat jelas. Gerakan lambat, keputusan buruk, dan konsentrasi yang buyar menjadi faktor penentu.

Barcelona sempat memanfaatkan kelelahan Inter dengan comeback spektakuler. Namun, mereka juga terjebak dalam permainan Lamine Yamal—remaja 17 tahun yang bermain layaknya veteran. Sayangnya, keajaiban Yamal tak cukup. Inter, meski kelelahan lebih dulu, justru bangkit di detik-detik kritis.

Di tengah kelelahan itu, justru pemain-pemain Inter yang lebih tua tampil paling tangguh. Acerbi, bek yang pernah melawan kanker, mencetak gol penyama kedudukan.

Sementara Sommer, kiper 36 tahun, menjadi bintang dengan tujuh penyelamatan krusial, termasuk beberapa kali menggagalkan Yamal.

Para Pahlawan Tak Terduga di Balik Kemenangan Inter

Marcus Thuram, putra legenda Lilian Thuram, menjadi momok bagi pertahanan Barcelona di babak pertama. Nicolo Barella bermain layaknya tiga pemain dalam satu, sementara Alessandro Bastoni menghadirkan sentuhan kreatif ala Gaudi. Denzel Dumfries, dengan fisiknya yang bak binaragawan, terus mendorong serangan dari sisi kanan.

Namun, pahlawan utama adalah Frattesi. Pemain pengganti itu mencetak gol kemenangan sebelum akhirnya kolaps kelelahan. Kiper Yann Sommer, yang hanya bergabung karena Inter terpaksa menjual Onana akibat masalah finansial, menjadi man of the match. Kisahnya adalah bukti betap tak terduganya sepak bola.

Di balik layar, Simone Inzaghi sekali lagi membuktikan kehebatannya. Tanpa filosofi rumit atau ego besar, ia berhasil memaksimalkan potensi skuadnya. Dua tahun lalu, ia membawa Inter ke final Liga Champions dengan tim berisi veteran dan pemain kurang dihargai. Kini, ia mengulangi prestasi serupa.
link : togetherball.org